Sejarah Kota Pontianak
Sejarah Kota Pontianak
sumber:OSC,Medcom.id(diakses 26 September 2021)
Kota Pontianak berasal dari bahasa melayu yang
dipercaya ada kaitannya dengan kisah syarif Abdurrahman yang sering diganggu
oleh hantu kuntilanak ketika dia menyusuri Sungai Kapuas. Menurut kisahnya, Syarif Abdurahman terpaksa melepaskan
tembakan meriam untuk mengusir hantu sekaligus menandakan di mana meriam itu
jatuh, karenanya disanalah wilayah kesultanannya didirikan, peluru meriam itu
jatuh tidak jauh dari persimpangan sungai Kapuas dan Sungai Landak, yang kini
dikenal sebagai nama Kampung Beting.
Pada tanggal 24 Rajab 1181 Hijriah yang bertepatan
pada tanggal 23 Oktober 1771 Masehi, rombongan Syarif Abdurrahman Alkadrie
membuka hutan di persimpangan tiga Sungai Landak Sungai Kapuas Kecil dan Sungai
Kapuas untuk mendirikan balai dan rumah sebagai tempat tinggal dan tempat
tersebut diberi nama Pontianak. Berkat kepemimpinan Syarif Abdurrahman
Alkadrie, Kota Pontianak berkembang menjadi kota Perdagangan dan
Pelabuhan. Pada Tahun 1192 Hijriah, Syarif Abdurrahman Alkadrie dinobatkan
sebagai Sultan Pontianak Pertama. Letak pusat pemerintahan ditandai dengan
berdirinya Mesjid Raya Sultan Abdurrahman Alkadrie dan Istana Kadariah, yang
sekarang terletak di Kelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur.
Menurut sumber yang saya peroleh bahwa setelah Syarif Abdurrahman tiba di daerah pertemuan Sungai
Kapuas dan Sungai Landak, kemudian ia memulai pembukaan hutan yang banyak
dihuni hantu dan berhasil diusirnya setelah beberapa hari menembakkan bedil.
Setelah hantu-hantu itu berhasil diusirnya, kemudian daerah ini diberinya nama
Pontianak. Pada saat pembentukan daerah Pontianak, Syarif Abdurrahman kembali
ke daerah Mempawah dan mengajak keluarganya ke daerah yang baru dibuka
tersebut. Tanggal 8 Syahban 1192 H para raja di Kalimantan Barat menghadiri
pengangkatan Syarif Abdurrahman sebagai raja di Kerajaan Pontianak. Kemudian
Yang Dipertuan Haji Raja Muda dari Riau atas nama seluruh rakyat mengangkat
Pangeran Syarif Abdurrahman Nur Alam dengan gelar Maulana Sultan Syarif
Abdurrahman, Sultan di Kerajaan Pontianak. Rabu, 20 Rajab 1185 H merupakan hari
jadi berdirinya daerah Pontianak.
Setelah berdirinya Kerajaan Pontianak, orang Dayak
banyak berdatangan dan secara bergelombang membuka perkampungan sepanjang
tepian Sungai Ambawang. Kelompok pertama berjumlah dua puluh keluarga dengan
membuka daerah perkampungan yang sekarang disebut Kampung Durian. Kelompok
kedua berjumlah empat puluh keluarga di bawah pimpinan Macan Sumit membuka
perkampungan cabang kiri. Kelompok ketiga, berjumlah enam puluh keluarga
dipimpin Tumenggung Maja, membuka perkampungan masuk ke simpang kanan. Kelompok
keempat berjumlah delapan puluh keluarga, dipimpin Mangku Kipang, mendiami
Kampung Pasak. Kelompok kelima berjumlah seratus dua puluh keluarga, membuka
perkampungan di daerah Pancaroba, Ngabang, dan Landak. Dari awal inilah
komunitas Dayak tumbuh dan berkembang di Pontianak.
Sumber:https://regional.kompas.com/asal-usul-pontianak-legenda-hantu-kuntilanak-hingga-hari-tanpa-bayangan
Komentar
Posting Komentar