Hubunggan Harmonis Antar Suku Dayak dan Tionghoa Setelah Berlangsung nya Peristiwa Mangkuk Merah
Hubunggan Harmonis Antar Suku Dayak dan Tionghoa Setelah Berlangsung nya Peristiwa Mangkuk Merah
Peristiwa Mangkok Merah menyebabkan
kondisi sosial-ekonomi yang cukup buruk di masa awal Orde Baru di Kalimantan
Barat termasuk di Pontianak.Banyak diantara pengungsi keturunan Cina atau
Tioghoa yang memilih untuk tinggal di kota Pontianak dan sebagian lainnya hidup
di pinggiran kota Singkawang.Kebanyakan dari mereka keturuan etnis Tioghoa
bekerja menjadi petani-petani kecil dan berkebun di kota Pontianak dan banyak
juga diantaranya yang bekerja sebagai nelayan dan buruh kasar.
Saat terjadinya peristiwa mangkuk merah,tidak semua orang suku Dayak percaya dengan isu yang tidak benar yang disebar luaskan oleh pihak Militer saat itu.Beberapa diantara nya masih ada orang suku Dayak asli yang sadar bahwa Suku nya sedang di adu domba oleh pihak Militer Indonesia.Saat terjadi persitiwa mangkuk merah terdapat beberapa warga asli suku Dayak yang menyelamatkan warga keturunan Tionghoa.Hingga saat ini beberapa etnis Tioghoa sempat ada rasa trauma dengan kejadian perisitwa tersebut.Akan tetapi sejak Suku pedalaman atau suku Dayak mendapatkan pendidikan,mereka sudah dapat memilah dan menjaring infromasi dan isu yang ia dapatkan karena awal dari permasalahan Mangkuk Merah terjadi karena adanya suatu adu domba yang dilakukan oleh pihak militer Indonesia sehingga etnis Tioghoa dituding sebagai pro komunis yang dapat mengancam keselamatan warga suku Dayak.
Hingga saat ini hubunggan interaksi
sosial antar warga Dayak dan warga keturunan tionghoa sudah membaik.Hingga
sekarang banyak suku Dayak yang menikah dengan keturunan etnis Tiooghoa.Hubunggan
kekeluargaan dan persaudaraan antar masyakat Suku dayak dengan keturunan
Tioghoa sudah sangat erat .Mereka sudah dapat hidup berdampinggan hingga saat
ini.Hal tersebut disebabkan karena
adanya rasa sikap terbuka simpati dan empati yang dilakukan oleh warga suku
Dayak sejak mereka menyadari isu yang tidak benar yang disebarkan oleh pihak
Militer Indonesia.Hubunggan erat persaudaraan antar masyakat suku Dayak dengan
Etnis Tioghoa ditunjukan dengan adanya masyarakat Tionghoa yang menggunakan
busana atau pakaian suku Dayak saat acara Cap Gomeh saat Mei 2018
Sumber: wwswingkawanginfo.com
diakses pada 15 September 2021
Sejak saat itu warga keturunan Tionghoa sudah dapat hidup berdampinggan kembali dengan penduduk asli masyarakat Pontianak(Suku Dayak).Mereka juga bisa hidup berdampingan dengan suku-suku lain yang ada di sana, seperti suku Bugis dan suku Melayu. Hal itu dibuktikan dengan adanya suatu Akulturasi Budaya antara campuran dan perpaduan antara Suku Dayak,Melayu dan Tioghoa.Bentuk Akulturasi tersebut ialah Batik Tidayu.
Batik Tidayu merupakan singkatan dari Tionghoa, Dayak dan Melayu.Batik tidayu ini merupakan bentuk Akulturasi budaya dari ketiga suku tersebut.Motif dari batik ini juga sangat menarik dan bagus.Corak motif batik Tidayu ini menggambarkan kembang kembang yang lentik dan beraneka macam warna.Motif Tidayu ini sendiri memiliki 6 corak yang berbeda yaitu Lembayung,Beuntai,Lampion,Rimba,Bangau,dan Harmoni. Setiap corak terdiri dari tiga unsur yang mewakili masing-masing etnis yang ada dan dicetak beraneka pilihan warna.Misalnya pada corak batik Rimba, terdapat motif pucuk rebung ciri khas Melayu Sambas yang digambarkan sebagai hutan rimba, di atasnya terdapat burung Hong dalam mitologi China dan burung Enggang yang identik dengan masyarakat Dayak.Lalu pada motif Harmoni, detail oriental kotak persegi di antara sisi dihias dengan motif pucuk rebung Melayu di bagian tengah dan diikat dengan motif Dayak. Sesuai namanya, motif ini melambangkan keharmonisan suku dan budaya yang ada di Kota Pontianak.
sumber:http://budayabudayabycindy.blogspot.com/2018/02/sekilas-tentang-singkawang. Sebagian
dari masyarakat Pontianak menjual Batik ini kepada masyarakat luar negeri
khususnya kepada masyarakat Tiongkok,Taiwan dan China,karena motif corak batik
ini juga menggandung unsur kebudayaan masayarakat China.Selain itu masyarakat
Pontianak juga mengekspor dan menjual kepada masyarakat Malaysia karena corak
motif batik ini menggambarakan kebudayaan
Malaysia (melayu).Pada umumnya batik Tidayu ini dikelola oleh industry batik
Swasta di Pontianak.Industri Batik ini mendapat dukungan dan prioritas
penggembanggan oleh Kementerian Perindustrian(Kememperin).
Sumber:https://journal.untar.ac.id/index.php/koneksi/article/viewFile/10227/6985
Komentar
Posting Komentar